Level Kognitif dalam Penyusunan Soal

shape
shape
shape
shape
shape
shape
shape
shape
Level Kognitif dalam Penyusunan Soal

Salah satu faktor kunci dalam menyusun soal adalah tingkat kognitif yang ingin diukur. Tigkat level kognitif penyusunan soal merujuk pada sejauh mana siswa harus berpikir atau memproses informasi untuk menjawab pertanyaan. Salah satu kerangka kerja yang sering digunakan untuk mengklasifikasikan tingkat kognitif adalah Taksonomi Bloom.

Penilaian merupakan salah satu tanggung jawab utama guru, selain merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Dalam proses penilaian pembelajaran, guru memiliki opsi untuk melakukan evaluasi secara formatif, yang dilakukan setiap akhir pembahasan satu bab atau topik. Selain itu, guru juga dapat melakukan penilaian secara sumatif, yang terjadi pada akhir periode tertentu untuk mengevaluasi pemahaman siswa terhadap lebih dari satu bab atau pokok bahasan, seperti yang dilakukan pada pelaksanaan UTS atau UAS.

Dalam proses penilaian, guru perlu menyiapkan alat penilaian yang akan diberikan kepada siswa. Salah satu alat penilaian yang umum digunakan oleh guru adalah soal tes tertulis. Namun, dalam menyusun soal untuk penilaian, guru tidak bisa sembarangan; ada aturan dan tata cara yang harus diikuti.

Langkah pertama dalam menyusun soal adalah membuat kisi-kisi soal. Pada kisi-kisi ini, guru harus menentukan indikator soal dengan benar karena indikator soal akan mencerminkan bentuk soal yang akan dibuat. Saat menentukan dan membuat indikator soal, guru perlu memperhatikan level kognitif sebagai persyaratan kurikulum yang harus dicapai oleh siswa setelah pembelajaran. Guru menyiapkan soal dengan level kognitif untuk siswa dengan tujuan untuk mengukur dan mendorong perkembangan kognitif siswa secara holistik.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa guru memilih untuk menyusun soal dengan berbagai level kognitif:

Evaluasi Komprehensif:

Dengan menyediakan soal pada berbagai level kognitif, guru dapat secara lebih efektif mengevaluasi pemahaman siswa dari aspek-aspek dasar hingga keterampilan berpikir yang lebih tinggi. Ini memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

Mendorong Berpikir Kritis:

Soal-soal yang dirancang pada level kognitif yang lebih tinggi, seperti analisis, evaluasi, dan sintesis, mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Ini membantu siswa tidak hanya mengingat fakta, tetapi juga memahami, menerapkan, dan menilai informasi.

Adaptasi Kepada Kebutuhan Individu:

Berbagai level kognitif memungkinkan guru untuk menyajikan tantangan yang sesuai dengan tingkat kemampuan individu siswa. Ini dapat membantu siswa dengan tingkat keterampilan yang berbeda merasa terlibat dan mendapat kesempatan untuk tumbuh.

Mengukur Kemampuan Penerapan:

Soal-soal pada level kognitif tinggi, seperti aplikasi, analisis, dan sintesis, memungkinkan guru untuk mengukur kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks dunia nyata. Ini menunjukkan sejauh mana siswa dapat menggunakan konsep-konsep yang dipelajari dalam situasi yang tidak familiar.

Mengarahkan Pembelajaran:

Dengan mengevaluasi jawaban siswa, guru dapat memahami area-area di mana siswa mengalami kesulitan atau berhasil. Hal ini dapat membantu guru untuk menyusun strategi pengajaran lebih lanjut dan memberikan umpan balik yang sesuai untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan siswa.

Menstimulasi Motivasi Belajar:

Soal-soal dengan tingkat kesulitan yang bervariasi dapat memberikan tantangan yang seimbang untuk siswa. Tantangan yang sesuai dapat merangsang motivasi belajar, sementara soal yang terlalu sulit atau terlalu mudah dapat mengurangi minat siswa.

Baca juga: Pengembangan Soal Menggunakan Level Kognitif

Untuk ujian seperti UAS (Ujian Akhir Semester) atau UTS (Ujian Tengah Semester) di sekolah, sebaiknya Guru mencakup berbagai level kognitif dalam menyusun soal agar dapat mengukur pemahaman dan kemampuan siswa secara menyeluruh. 

Level kognitif merujuk pada tingkat atau derajat kompleksitas pemikiran yang dibutuhkan untuk menjawab suatu pertanyaan atau menyelesaikan suatu tugas. Dalam konteks pendidikan dan evaluasi, konsep ini sering dihubungkan dengan Taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom adalah sebuah kerangka kerja yang mengklasifikasikan tujuan pembelajaran dan evaluasi ke dalam enam level kognitif yang berbeda, dari yang paling dasar hingga yang paling kompleks.

Berikut adalah ketiga level kognitif:

Pengetahuan dan Pemahaman (Level 1):

  • Pada level ini, siswa diminta untuk mengingat atau mengingat informasi dasar, fakta, atau konsep.
  • Siswa diminta untuk menjelaskan informasi atau konsep dengan menggunakan kata-kata sendiri dan memahaminya.
  • Menunjukkan kemampuan untuk mengingat dan memahami konsep dasar dari materi pelajaran serta dapat membuat generalisasi yang simpel.
  • Menunjukkan tingkat dasar dalam menyelesaikan masalah selama pembelajaran, setidaknya dengan satu metode.
  • Menunjukkan pemahaman dasar terhadap grafik, label, dan materi visual lainnya.
  • Mengungkapkan informasi dasar dengan menggunakan istilah yang sederhana.

Aplikasi (Level 2):

  • Siswa diberi kesempatan untuk menerapkan pengetahuan atau konsep yang telah mereka pahami ke dalam situasi atau konteks yang berbeda.
  • Soal pada tingkat ini menuntut kemampuan yang lebih tinggi daripada tingkat 1. Level kognitif aplikasi melibatkan dimensi proses berpikir, implementasi, dan penerapan konsep. Umumnya, guru menyajikan pertanyaan yang mampu mengukur pemahaman siswa terhadap fakta, konsep, dan prosedur. 
  • Siswa juga diminta untuk menerapkan pengetahuan yang dimiliki guna mengatasi masalah yang diberikan. Dalam menjawab soal, siswa diharapkan mampu mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal definisi atau konsep, serta menjelaskan langkah-langkah melakukan suatu tindakan.
  • Menunjukkan pemahaman dan pengetahuan terhadap materi pembelajaran serta mampu menerapkan ide-ide dan konsep-konsep tersebut dalam konteks spesifik. 
  • Mengartikan dan menganalisis informasi yang terdapat dalam data. 
  • Menyelesaikan masalah-masalah yang rutin dalam proses pembelajaran. Menafsirkan grafik, tabel, dan materi visual lainnya. 
  • Berkomunikasi dengan jelas dan terstruktur menggunakan istilah yang sesuai.

Penalaran dan Logika (Level 3):

  • Soal-soal pada level kognitif tinggi, seperti aplikasi, analisis, dan sintesis, memungkinkan guru untuk mengukur kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks dunia nyata. Ini menunjukkan sejauh mana siswa dapat menggunakan konsep-konsep yang dipelajari dalam situasi yang tidak familiar.
  • Para siswa akan diajarkan untuk merinci aspek-aspek atau elemen, menjelaskan, mengorganisir, membandingkan, dan menemukan makna tersirat dalam suatu pertanyaan. Tingkat kognitif ini juga mengevaluasi kemampuan siswa dalam merumuskan hipotesis, melakukan kritik, membuat prediksi, dan menilai suatu konsep atau situasi.

Ingin Tau Cara Kerja Aplikasi Presensi Melalui Selfie?

Simak video dibawah ini:

 

Tim CS kami ada di sini untuk menjawab pertanyaan Anda. Tanya kami apa saja!