Site icon AdminSekolah.net | Software Aplikasi Sistem Administrasi Sekolah Online

Level Kognitif dalam Penyusunan Soal

Level Kognitif dalam Penyusunan Soal

Salah satu faktor kunci dalam menyusun soal adalah tingkat kognitif yang ingin diukur. Tigkat level kognitif penyusunan soal merujuk pada sejauh mana siswa harus berpikir atau memproses informasi untuk menjawab pertanyaan. Salah satu kerangka kerja yang sering digunakan untuk mengklasifikasikan tingkat kognitif adalah Taksonomi Bloom.

Penilaian merupakan salah satu tanggung jawab utama guru, selain merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Dalam proses penilaian pembelajaran, guru memiliki opsi untuk melakukan evaluasi secara formatif, yang dilakukan setiap akhir pembahasan satu bab atau topik. Selain itu, guru juga dapat melakukan penilaian secara sumatif, yang terjadi pada akhir periode tertentu untuk mengevaluasi pemahaman siswa terhadap lebih dari satu bab atau pokok bahasan, seperti yang dilakukan pada pelaksanaan UTS atau UAS.

Dalam proses penilaian, guru perlu menyiapkan alat penilaian yang akan diberikan kepada siswa. Salah satu alat penilaian yang umum digunakan oleh guru adalah soal tes tertulis. Namun, dalam menyusun soal untuk penilaian, guru tidak bisa sembarangan; ada aturan dan tata cara yang harus diikuti.

Langkah pertama dalam menyusun soal adalah membuat kisi-kisi soal. Pada kisi-kisi ini, guru harus menentukan indikator soal dengan benar karena indikator soal akan mencerminkan bentuk soal yang akan dibuat. Saat menentukan dan membuat indikator soal, guru perlu memperhatikan level kognitif sebagai persyaratan kurikulum yang harus dicapai oleh siswa setelah pembelajaran. Guru menyiapkan soal dengan level kognitif untuk siswa dengan tujuan untuk mengukur dan mendorong perkembangan kognitif siswa secara holistik.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa guru memilih untuk menyusun soal dengan berbagai level kognitif:

Evaluasi Komprehensif:

Dengan menyediakan soal pada berbagai level kognitif, guru dapat secara lebih efektif mengevaluasi pemahaman siswa dari aspek-aspek dasar hingga keterampilan berpikir yang lebih tinggi. Ini memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

Mendorong Berpikir Kritis:

Soal-soal yang dirancang pada level kognitif yang lebih tinggi, seperti analisis, evaluasi, dan sintesis, mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Ini membantu siswa tidak hanya mengingat fakta, tetapi juga memahami, menerapkan, dan menilai informasi.

Adaptasi Kepada Kebutuhan Individu:

Berbagai level kognitif memungkinkan guru untuk menyajikan tantangan yang sesuai dengan tingkat kemampuan individu siswa. Ini dapat membantu siswa dengan tingkat keterampilan yang berbeda merasa terlibat dan mendapat kesempatan untuk tumbuh.

Mengukur Kemampuan Penerapan:

Soal-soal pada level kognitif tinggi, seperti aplikasi, analisis, dan sintesis, memungkinkan guru untuk mengukur kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks dunia nyata. Ini menunjukkan sejauh mana siswa dapat menggunakan konsep-konsep yang dipelajari dalam situasi yang tidak familiar.

Mengarahkan Pembelajaran:

Dengan mengevaluasi jawaban siswa, guru dapat memahami area-area di mana siswa mengalami kesulitan atau berhasil. Hal ini dapat membantu guru untuk menyusun strategi pengajaran lebih lanjut dan memberikan umpan balik yang sesuai untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan siswa.

Menstimulasi Motivasi Belajar:

Soal-soal dengan tingkat kesulitan yang bervariasi dapat memberikan tantangan yang seimbang untuk siswa. Tantangan yang sesuai dapat merangsang motivasi belajar, sementara soal yang terlalu sulit atau terlalu mudah dapat mengurangi minat siswa.

Baca juga: Pengembangan Soal Menggunakan Level Kognitif

Untuk ujian seperti UAS (Ujian Akhir Semester) atau UTS (Ujian Tengah Semester) di sekolah, sebaiknya Guru mencakup berbagai level kognitif dalam menyusun soal agar dapat mengukur pemahaman dan kemampuan siswa secara menyeluruh. 

Level kognitif merujuk pada tingkat atau derajat kompleksitas pemikiran yang dibutuhkan untuk menjawab suatu pertanyaan atau menyelesaikan suatu tugas. Dalam konteks pendidikan dan evaluasi, konsep ini sering dihubungkan dengan Taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom adalah sebuah kerangka kerja yang mengklasifikasikan tujuan pembelajaran dan evaluasi ke dalam enam level kognitif yang berbeda, dari yang paling dasar hingga yang paling kompleks.

Berikut adalah ketiga level kognitif:

Pengetahuan dan Pemahaman (Level 1):

Aplikasi (Level 2):

Penalaran dan Logika (Level 3):

Ingin Tau Cara Kerja Aplikasi Presensi Melalui Selfie?

Simak video dibawah ini:

 

Exit mobile version